Sopo ubet, ngliwet!


Sopo ubet, ngliwet!
Kalimat pendek nan sederhana tersebut benar-benar menginspirasi saya. Kalimat tersebut berasal dari bahasa Jawa ngoko yang secara harafiah dapat diartikan sebagai berikut. Sopo=siapa, ubet=mau berusaha, ngliwet=dapurnya ngebul. Atau terjemahan bebas-nya kurang lebih berarti "...barang siapa yang mau berusaha sejatinya tidak perlu khawatir karena banyak peluang yang bisa dimanfaatkan guna memenuhi kebutuhan hidupnya".

Saya pribadi termasuk orang yang sangat percaya dengan makna kalimat tersebut. Sewaktu menemui penganggur, preman, atau pengemis di jalanan saya seringkali termenung dan benar-benar tidak bisa memahami apa yang ada di benak mereka. Kebanyakan dari mereka memiliki tubuh dan jiwa yang sehat, malah mungkin secara fisik bisa dibilang jauh lebih sehat dari saya yang memiliki problem dengan tekanan darah dan obesitas. Intinya ternyata memang mindset, ya mindset yang ada di benak orang-orang tersebut. Namun dalam kesempatan ini saya tidak akan fokus untuk membahas mindset, namun saya akan lebih fokus dalam mendalami makna "ubet" alias berusaha.

Ubet dalam khazanah budaya Jawa, setidaknya Jawa-Solo yang merupakan latar belakang penulis sejatinya memiliki makna dan falsafah yang cukup dalam. Ubet atau berusaha dapat dimaknai sebagai serangkaian proses, yang seringkali berliku-liku, untuk dapat keluar dari suatu problem yang dihadapi. Makna "ubet" lebih dari sekedar usaha biasa namun mengandung arti berusaha semaksimal mungkin dengan segala daya dan upaya juga dengan semua cara untuk mencapai tujuan yang kita harapkan. Tentu usaha tersebut harus sesuai dengan konteks falsafah nilai etika dan moral yang kita anut. Dalam "ubet" kita dituntut untuk mesti menstimuli otak kita secara kontinu dengan ide-ide baru untuk semakin melancarkan jalan kita mencapai tujuan.

Namun demikian, falsafah “ubet” menurut penulis masih terasa sangat abstrak dan “gelap”. Oleh karena itu untuk membuatnya menjadi lebih terang, penulis mencoba menelahnya berdasarkan konsep tujuan dan strategi.

Secara ringkas konsep tujuan dan strategi dapat digambarkan sebagai berikut. Dalam semua hal hendaknya kita fokus pada TUJUAN atau lebih tepat direpresentasikan dalam kata OBJECTIVE. Meski sama-sama berarti tujuan, berbeda dengan GOAL, AIM, atau TARGET, OBJECTIVE lebih bersifat detil, terukur, dan yang penting realistis. Demikian juga dalam setiap aspek kehidupan, hendaknya kita memiliki OBJECTIVE yang jelas. Sebagai referensi kita dapat menggunakan konsep Management by Objective (MBO) yang diperkenalkan oleh Peter F. Drucker, seorang Guru manajemen yang merupakan figur anutan saya. Drucker menekankan bahwa OBJECTIVE yang baik hendaknya bersifat SMART, kependekan dari Specific (spesifik), Measurable (terukur), Achievable (dapat diraih), Realistic (realistis) dan Time-bounded (terikat dengan target waktu). OBJECTIVE yang dirumuskan secara SMART memiliki karakteristik sebagai tujuan yang jelas, komperehensif dan yang penting dapat menjadi panduan yang memadai bagi kita untuk “ubet” mencapainya.

Setelah memiliki OBJECTIVE yang SMART, lantas bagaimana? Untuk itu kita wajib memiliki STRATEGI yang kuat. Strategi secara sederhana dapat didefinisikan sebagai “…cara, upaya, usaha-usaha untuk mencapai tujuan”. Bagi pemula, strategi yang digunakan sebaiknya merupakan strategi yang telah teruji kehandalannya. Jangan malu untuk MENIRU. Saya pribadi termasuk pengusaha yang tidak pernah malu mengakui bahwa dalam banyak keputusan bisnis yang saya ambil merupakan strategi yang saya tiru dari pengusaha lain yang lebih dulu berhasil. Logika saya ialah tidak ada salahnya kita meniru hal yang baik. Model ATM (Amati, Tiru dan Modifikasi) yang telah banyak diperkenalkan dalam seminar-seminar bisnis bagi saya merupakan metode yang efisien dan efektif untuk meminimalisir resiko bisnis terutama bagi pemula. Namun untuk yang sudah lebih berpengalaman sebaiknya memang bisa lebih merumuskan strategi yang inovatif dan bersifat out of the box atau sesuatu yang baru.

Langkah terakhir setelah merumuskan strategi yang sekiranya tepat guna meraih OBJECTIVE kita, maka kita memerlukan TAKTIK (tactic). Kalau strategi bersifat lebih umum dan tidak dapat langsung digunakan sehar-hari, maka taktik lebih bersifat sesuatu yang bisa diterapkan sehari-hari (day-to-day application). Kalau perlu jabarkan taktik tersebut menjadi bagian-bagian kecil yang dapat dilaksanakan setiap hari selama jangka waktu tertentu seperti misalnya selama 3 atau 6 bulan kedepan. Namun meski demikian bukan berarti kita menjadi kaku dan tidak fleksibel terhadap situasi dan kondisi yang dinamis. Kelenturan dan sifat adaptif serta kemampuan membaca situasi dan memilih langkah yang tepat tetap merupakan variabel penting yang tidak boleh dikesampingkan.

Demikian sekilas tentang konsep “ubet” beserta penjelasan ringkas berdasarkan sudut pandang manajement barat (western school), semoga dapat lebih member semangat kepada rekan-rekan untuk senantiasa “ubet” supaya bisa “ngliwet”.


 

Copyright 2006| Blogger Templates by GeckoandFly modified and converted to Blogger Beta by Blogcrowds.
No part of the content or the blog may be reproduced without prior written permission.