Harga Sebuah Motivasi


Pagi ini dalam perjalanan menuju kantor, saya menyempatkan diri mendengarkan radio SMART FM. Radio ini merupakan salah satu siaran radio favorit saya karena banyak mengetengahkan acara yang informatif dan memberi saya "Vitamin Kehidupan", istilah yang saya adopsi dari Mas Fikri salah satu direktur di LPIA. Siaran pagi ini mengulas tentang training motivasi dan seminar Adam Khoo, seorang trainer motivator kelas wahid dari Singapura. Saya pribadi tidak terlalu mengikuti sepak terjang Pak Adam ini meskipun saya tahu beliau ini pasti seorang superstar motivator sekelas Pak TDW (Tung Desem Waringin), Andri Wongso, atau bahkan bisa jadi sekelas Anthony Robbins. Setidaknya saya pernah baca blog seorang teman yang luar biasa bangganya bisa dirangkul Adam Khoo sambil memuat foto tersebut pada laman blog-nya.

Mulanya saya mengikuti acara tersebut dengan khidmat sambil melintasi tol Jagorawi yang seperti lazimnya hari Senin banyak dipadati mobil mewah para pajabat dengan membawa "centeng" bersirene yang tanpa kenal malu memaksa rakyat biasa seperti saya untuk menepi layaknya hamba sahaya mempersilahkan tuannya melaju di jalanan. Namun kekhidmatan saya berubah manakala pada saat sesi tanya jawab interaktif dengan pendengar dibuka. Saat itu ada salah satu penelpon yang menyampaikan uneg-unegnya atau lebih tepatnya rasa sesalnya karena selama ini tidak mampu mengikuti pelatihan dan seminar motivasi semacam itu dikarenakan mahalnya biaya yang harus dikeluarkannya. Sebagai karyawan rendahan dengan gaji yang tidak seberapa, dia merasa tidak akan mampu menjangkau biaya pelatihan dan seminar tersebut yang umumnya berbandrol jutaan atau semurah-murahnya ratusan ribu. Biasanya biaya sebesar itu masih dikotak-kotakkan lagi dalam kelas Platinum, Gold, Silver, dsb. Belum lagi pada kenyataan bahwa umumnya acara-acara tersebut diadakan pada jam-jam kerja yang semakin mempersulit sang penelpon tersebut untuk mengikutinya. Demi mendengar komentar penelpon tersebut tanpa sadar dahi saya berkerut dan jantung saya mulai berdegub lebih kencang. Masya Allah....

Selama ini seperti Bapak yang menelpon tadi, saya juga merasakan hal yang sama. Demi menangguk motivasi dari para trainers motivators kelas wahid tersebut saya mesti berusaha keras menyisihkan pendapatan saya yang mestinya bisa saya gunakan untuk menabung, tambahan modal usaha, atau mungkin untuk bersedekah. Karena gagal menyisihkan pendapatan untuk mengikuti training dan seminar motivasi, seingat saya hanya beberapa seminar motivasi yang saya ikuti. Diantaranya yang paling saya ingat adalah seminar Pak Purdie Chandra yang "cuma" berbiaya 125.000 saja. Seminar tersebut pada dasarnya merupakan "preview" semata untuk mempromosikan kepada peserta seminar agar mengikuti pelatihan pada Entrepreneur University.

Selama ini, mata batin saya tertutup dengan kenyataan semu yang saya ciptakan sendiri bahwa untuk sukses dan mengaliri sekujur badan kita dengan motivasi maka kita perlu membayar para superstar trainer dan motivator tersebut untuk mengguyuri kita dengan hentakan, ledakan-ledakan, dan teriakan pembangkit motivasi. Saya lupa dengan kenyataan hakiki bahwa pada dasarnya kita bisa menciptakan inspirasi dan motivasi dari dalam diri kita sendiri. Saya lupa atau pura-pura tidak tahu bahwa sumber motivasi dan inspirasi itu bukan dimana-mana tetapi ada dalam diri kita sendiri. Sumber motivasi tersebut sesungguhnya memiliki kekuatan maha dahsyat mengalahkan ribuan kata, hentakan, atau teriakan dari semua superstar motivator yang ada di dunia ini.

Coba Anda tatap dengan penuh penghayatan mata pasangan Anda, mata anak Anda, atau mata orang tua Anda. Disana terpancar sumber inspirasi dan motivasi maha dahsyat yang tidak akan tertandingi oleh superstar motivasi sehebat apapun. Lihatlah mereka dengan seksama sewaktu mereka tertidur pada malam hari. Tubuh-tubuh penuh kepasrahan yang mengharapkan kita sebagai kepala keluarga untuk senantiasa berjuang segenap tenaga menghidupi mereka dengan segala daya upaya kita. Selama ini saya lupa, bahwa itulah sumber inspirasi dan motivasi yang sesungguhnya!

Oleh karena itu, untuk saudaraku yang tidak mampu mengikuti seminar motivasi yang menjanjikan sesuatu yang luar biasa, dahsyat, dsb. Janganlah berkecil hati, sumber motivasi yang sesungguhnya itu tidak dimana-mana dan bukan apa-apa. Motivasi ada di dalam hati kita. Dan juga selalu ingatlah, "Gusti ora sare" atau "Tuhan tidak tidur". Dengan berjuang segenap hati dilandasi kejujuran niscaya keberhasilan akan kita raih.

Salam.

Action!

Bicara soal mimpi, saya punya banyak hal dalam hidup ini yang mungkin layak diceritakan. Tentu saja mimpi yang saya ingin ceritakan kali ini adalah mimpi dalam konteks membangun bisnis baru. Dulunya saya jelas karyawan tulen, pagi masuk jam 8 dan pulang jam 5 teng, TengGo! Belum lagi dulu belum ada libur Sabtu, jadi suka nggak suka tiap Sabtu harus masuk meski cuma setengah hari dan kerjaan nyaris tidak ada alias cuma "nongkrongin" kantor. Walhasil kondisi demikian membuat saya banyak bermimpi untuk melakukan hal-hal lain diluar kerjaan saya sebagai karyawan.

Salah satu impian saya adalah membangun suatu korporasi bisnis yang besar. Saya selalu terheran-heran setiap kali mendengar ada konglomerat yang meresmikan bisnis barunya. Pada masa jayanya, konglomerat Liem Sioe Liong diketahui memiliki tak kurang dari 700 perusahaan! Kalau sehari dia mengunjungi 1 perusahaannya, maka setidaknya dia perlu hampir 2 tahun untuk menyelesaikan. Kalau Oom Liem saja demikian, bagaimana dengan boss Toyota atau boss2 yang lain? Benar-benar tidak masuk diakal saya waktu itu. Maklum waktu itu saya belum terbayang soal delegasi wewenang dan desentralisasi kekuasaan.

Mimpi-mimpi saya tentang memiliki korporasi terus bergulir dari waktu ke waktu tanpa adanya tindak lanjut yang memadai. Sampai akhirnya saya memutuskan berhenti kerja dan berangkat untuk studi lanjut. Sepulang dari studi (2005) baru saya mulai serius untuk mencoba merealisasikan mimpi saya. Pikir saya waktu itu sederhana saja, mumpung lagi dalam kondisi susah sebagai pengangguran yang otomatis nggak ada penghasilan sama sekali maka sebaiknya saya mencoba saja sekalian terjun sebagai entrepreneur.

Waktu memutuskan mencoba sebagai pengusaha saya menemukan banyak kendala-kendala yang terutama berhubungan dengan hal-hal yang sebenarnya bersifat minor, alias tidak substansial. Saat itu saya terlalu banyak berpikir untuk hal-hal yang sifatnya legal-formalistik, seperti misalnya soal bagaimana bentuk badan hukumnya (PT atau CV), bagaimana cara membuka account bank, soal pajak, kantor, hingga soal rekrut karyawan. Hal tersebut cukup membuat saya pusing hingga sempat berpikir untuk kembali menjadi karyawan saja. Namun setelah teringat akan mimpi saya dahulu untuk membuka usaha sendiri maka saya memutuskan untuk "rawe-rawe rantas, malang malang putung" alias pantang mundur.

Solusi-nya saya mulai aktif minta pendapat kepada senior-senior saya yang sudah lebih dulu membuka usaha, juga aktif join miling list kewirausahaan, membaca buku-buku yang relevan, dan aktif mengikuti seminar motivasi (terutama yang gratis..hehehe). Pelan tapi pasti saya mulai menyerap berbagai macam pendapat sampai akhirnya saya menyadari bahwa langkah awal untuk membuka usaha ternyata cuma satu hal, yakni ACTION!

Bertahun-tahun saya cuma bermimpi dan hasilnya nihil. Mirip drama legendaris Waiting for Godot-nya Sam Beckett dimana sampai akhir pertunjukkan sang tokoh "Godot" tidak juga muncul di pentas. Intinya memang action, action, dan action! Jangan terlalu banyak memikirkan hal-hal yang sebenarnya tidak substansial. Kalau rekan-rekan memiliki ide bisnis, sebaiknya langsung direalisasikan dan jangan hanya berhenti pada tataran mimpi dan wacana. Berpikir dan membuat Business Plan memang penting, namun jangan sampai hal tersebut menghalangi langkah Anda untuk membuka usaha.

Sekali lagi, kalau Anda memiliki ide bisnis apapun itu, maka segeralah menindaklanjutinya dengan hal-hal yang lebih taktikal. Ingatlah selalu pepatah Cina kuno, " The journey of a thousand miles begins with a single step!'

SUKSES SELALU UNTUK REKAN-REKAN!


 

Copyright 2006| Blogger Templates by GeckoandFly modified and converted to Blogger Beta by Blogcrowds.
No part of the content or the blog may be reproduced without prior written permission.