Action!

Bicara soal mimpi, saya punya banyak hal dalam hidup ini yang mungkin layak diceritakan. Tentu saja mimpi yang saya ingin ceritakan kali ini adalah mimpi dalam konteks membangun bisnis baru. Dulunya saya jelas karyawan tulen, pagi masuk jam 8 dan pulang jam 5 teng, TengGo! Belum lagi dulu belum ada libur Sabtu, jadi suka nggak suka tiap Sabtu harus masuk meski cuma setengah hari dan kerjaan nyaris tidak ada alias cuma "nongkrongin" kantor. Walhasil kondisi demikian membuat saya banyak bermimpi untuk melakukan hal-hal lain diluar kerjaan saya sebagai karyawan.

Salah satu impian saya adalah membangun suatu korporasi bisnis yang besar. Saya selalu terheran-heran setiap kali mendengar ada konglomerat yang meresmikan bisnis barunya. Pada masa jayanya, konglomerat Liem Sioe Liong diketahui memiliki tak kurang dari 700 perusahaan! Kalau sehari dia mengunjungi 1 perusahaannya, maka setidaknya dia perlu hampir 2 tahun untuk menyelesaikan. Kalau Oom Liem saja demikian, bagaimana dengan boss Toyota atau boss2 yang lain? Benar-benar tidak masuk diakal saya waktu itu. Maklum waktu itu saya belum terbayang soal delegasi wewenang dan desentralisasi kekuasaan.

Mimpi-mimpi saya tentang memiliki korporasi terus bergulir dari waktu ke waktu tanpa adanya tindak lanjut yang memadai. Sampai akhirnya saya memutuskan berhenti kerja dan berangkat untuk studi lanjut. Sepulang dari studi (2005) baru saya mulai serius untuk mencoba merealisasikan mimpi saya. Pikir saya waktu itu sederhana saja, mumpung lagi dalam kondisi susah sebagai pengangguran yang otomatis nggak ada penghasilan sama sekali maka sebaiknya saya mencoba saja sekalian terjun sebagai entrepreneur.

Waktu memutuskan mencoba sebagai pengusaha saya menemukan banyak kendala-kendala yang terutama berhubungan dengan hal-hal yang sebenarnya bersifat minor, alias tidak substansial. Saat itu saya terlalu banyak berpikir untuk hal-hal yang sifatnya legal-formalistik, seperti misalnya soal bagaimana bentuk badan hukumnya (PT atau CV), bagaimana cara membuka account bank, soal pajak, kantor, hingga soal rekrut karyawan. Hal tersebut cukup membuat saya pusing hingga sempat berpikir untuk kembali menjadi karyawan saja. Namun setelah teringat akan mimpi saya dahulu untuk membuka usaha sendiri maka saya memutuskan untuk "rawe-rawe rantas, malang malang putung" alias pantang mundur.

Solusi-nya saya mulai aktif minta pendapat kepada senior-senior saya yang sudah lebih dulu membuka usaha, juga aktif join miling list kewirausahaan, membaca buku-buku yang relevan, dan aktif mengikuti seminar motivasi (terutama yang gratis..hehehe). Pelan tapi pasti saya mulai menyerap berbagai macam pendapat sampai akhirnya saya menyadari bahwa langkah awal untuk membuka usaha ternyata cuma satu hal, yakni ACTION!

Bertahun-tahun saya cuma bermimpi dan hasilnya nihil. Mirip drama legendaris Waiting for Godot-nya Sam Beckett dimana sampai akhir pertunjukkan sang tokoh "Godot" tidak juga muncul di pentas. Intinya memang action, action, dan action! Jangan terlalu banyak memikirkan hal-hal yang sebenarnya tidak substansial. Kalau rekan-rekan memiliki ide bisnis, sebaiknya langsung direalisasikan dan jangan hanya berhenti pada tataran mimpi dan wacana. Berpikir dan membuat Business Plan memang penting, namun jangan sampai hal tersebut menghalangi langkah Anda untuk membuka usaha.

Sekali lagi, kalau Anda memiliki ide bisnis apapun itu, maka segeralah menindaklanjutinya dengan hal-hal yang lebih taktikal. Ingatlah selalu pepatah Cina kuno, " The journey of a thousand miles begins with a single step!'

SUKSES SELALU UNTUK REKAN-REKAN!

0 komentar:


 

Copyright 2006| Blogger Templates by GeckoandFly modified and converted to Blogger Beta by Blogcrowds.
No part of the content or the blog may be reproduced without prior written permission.