Kepala Anjing atau Ekor Naga?


Didedikasikan untuk Mas Iwan dan rekan2 yang akan/ingin menjadi wirausahawan!

Beberapa tahun silam, saya pernah membaca sebuah artikel atau lebih tepatnya opini dari seseorang tentang pilihan-pilihan yang tersedia dalam menjalani hidup. Pertanyaan yang diajukan oleh sang penulis (sayang Anonim) sangat provokatif dan membuat saya, yang waktu itu dalam posisi yang lumayan empuk sebagai seorang sales group manager pada salah satu perusahaan IT terkemuka di Jakarta, terhenyak bukan kepalang. Tulisan 3 alinea pada salah satu website majalah yang tampak tidak terurus itu benar-benar "menghantui" dan membuat saya "panas-dingin" untuk waktu yang sangat lama. Kira2 saya membaca tulisan tersebut pada sekitar tahun 2002 atau sekitar 6 tahun yang lalu, namun saya masih ingat persis apa isi tulisan tersebut.

Spontan dan Radikal
Mulanya saya kurang paham dengan analogi yang coba dibangun oleh sang penulis tentang komparasi ekor naga dan kepala anjing. Dengan sangat provokatif sang penulis mencoba memberikan gambaran yang sangat jelas tentang kenikmatan dan juga tentu keruwetan yang musti dijalani oleh manusia-manusia pemberani yang disebut wirausahawan (entrepreneur).

Sang penulis bercerita bahwa secara spontan dan radikal dia memutuskan "memecat" boss-nya untuk selanjutnya memutuskan membuka usaha sendiri. Jangan dibayangkan bahwa dia akan membuka usaha yang wah atau kompleks setelah dia keluar dari tempat kerjanya yang lama. Setelah keluar, dia memutuskan untuk membuka arena permainan Play Station (PS), benar saudara-saudara PS. Tidak tanggung-tanggung dia langsung membuka 2 lokasi arena permainan PS sekaligus.

Modal usaha dia peroleh dari hasil menabung selama bertahun-tahun dari gaji yang diperolehnya plus ngutang sana-sini dari rekan atau kerabatnya. Mulanya usaha PS tersebut berjalan dengan baik, indikasinya ialah pendapatan perbulan yang dia peroleh pada bulan pertama setelah membuka usaha tersebut sudah mendekati gaji bulanan yang sebelumnya ia peroleh. Namun karena beberapa faktor yang tidak dia sebutkan secara spesifik, usaha tersebut akhirnya tidak berjalan sebagaimana mestinya dan akhirnya benar-benar bangkrut! Kapokkah dia?

Ekor Naga atau Kepala Anjing?
Ternyata tidak sama sekali saudara-saudara!
Mulai dari sinilah saya belajar tentang konsep ekor naga dan kepala anjing itu. Secara gamblang dan tanpa basa-basi sang penulis dengan tegas menyampaikan bahwa tidak ada sebersit-pun rasa sesal yang ada pada dirinya sehubungan dengan keputusannya untuk keluar dari tempat bekerjanya yang lama dan memutuskan untuk memulai usaha. Dengan keyakinan dan mental juara yang sangat luar biasa sang penulis tersebut memutuskan memulai usaha baru (yang tidak ia sebutkan) dari bawah bersama rekan-rekannya sambil terus berusaha mengambil hikmah dari kegagalan yang telah dihadapinya.Dia berprinsip bahwa sehina-hinanya anjing, bila kita menjadi "kepala-nya" masih jauh lebih baik daripada sekedar menjadi ekor dari seekor naga yang dianggap salah satu hewan paling mulia. Kenapa demikian?

Walau sang penulis tidak memberikan penjelasan yang memadai soal ini namun saya memiliki beberapa argumen yang mendukung pendapat tersebut. Pada kepala, baik manusia ataupun hewan, terdapat otak dan pusat kontrol syaraf yang mengendalikan keseluruhan gerak tubuh dari makhluk tersebut. Bayangkan bila manusia atau hewan yang tidak berkepala... Kecuali untuk konsumsi film horror, rasanya tidak mungkin makhluk tersebut bertahan hidup. Belum lagi fakta bahwa pada kepala terdapat hampir sebagian besar indera seperti mata, hidung, mulut, dan telinga.

Sedangkan ekor, meski debatable tapi rasa-rasanya tanpa ekor hewan masih sanggup bertahan hidup. Setidaknya terbukti pada almarhum anjing saya Bruno yang musti "diamputasi" ekornya gara-gara suatu penyakit. Juga fakta bahwa ekor selalu terletak pada bagian paling belakang dan tersembunyi yang gerakannya akan sangat tergantung pada perintah dari sang otak yang ada di kepala.

Pelajaran yang dapat Dipetik
Anda boleh memiliki penafsiran yang berbeda tentang analogi ekor naga dan kepala anjing tersebut, namun saya yakin kita memiliki beberapa pelajaran yang bisa dipetik dari sang penulis (yang mulia) tersebut. Dengan menjadi kepala, meskipun baru level "kepala anjing", kita memiliki beberapa kelebihan yang luar biasa dibanding hanya menjadi "ekor naga". Kelebihan tersebut terletak pada kebebasan untuk menentukan nasib kita sendiri pada kelak kemudian hari. Selain itu dengan membuka usaha sendiri kita memiliki kesempatan yang sangat besar untuk mengaktualisasikan potensi yang kita miliki sesuai dengan tujuan hidup yang kita impikan, KESEJAHTERAAN. Adapun kebebasan finansial dan kehormatan sosial hanyalah bonus semata dari keberhasilan tersebut.

Lantas pertanyaan terakhir, hendak menjadi apakah Anda, Kepala Anjing atau Ekor Naga?

Salam sukses selalu - what you believe, you shall achieve it!

0 komentar:


 

Copyright 2006| Blogger Templates by GeckoandFly modified and converted to Blogger Beta by Blogcrowds.
No part of the content or the blog may be reproduced without prior written permission.